Sabtu, 04 Mei 2019

Penilaian keterampilan (proyek, produk, portofolio, dan penilaian diri)

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Ernawati, S.Pd.,M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika yang telah membimbing kami dan tak lupa lupa kami haturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah ini sebagai bahan pemenuhan Mata Kuliah Evaluasi Proses dan Hasil Pembelajaran Matematika. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun guna membuat kami jauh lebih baik lagi dalam menyusun makalah ke depannya. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi kami sebagai penyusun.

Maros, 20 Maret 2019

Penyusun


DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang 3
Rumusan Masalah 2
BAB II PEMBAHASAN
Penilaian proyek 5
Penilaian produk 8
Penilaian portofolio 12
Penilaian diri 13
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 17
Saran 17
Daftar Pustaka



BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Asesmen atau penilaian merupakan salah satu kegiatan terpenting tetapi juga paling banyak diperdebatkan, yang melibatkan guru. Asesmen juga merupakan alat yang tak ternilai harganya bagi guru dan system pendidikan, yang memungkinkan guru untuk merencanakan pelajarannya dengan lebih baik dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan murid-muridnya, dan ini membantu pihak guru maupun sekolah untuk melihat apakah murid-murid benar-benar belajar dari apa yang diajarkan. Guru kemudian dapat menyesuaikan pengajarannya bila hal ini tidak terjadi. Asesmen juga dapat memungkinkan guru untuk melihat seberapa jauh kinerja murid mereka dibandingkan norma nasional yang ada.
Istilah asesmen mengacu pada semua informasi yang dikumpulkan tentang murid di kelas oleh guru, baik melalui pengetesan formal, essai, dan pekerjaan rumah, atau secara informal melalui observasi atau interaksi.
Berkembangnya metode dalam pendidikan tentu saja sejalan dengan berkembangnya sistem evaluasi di dalam pendidikan dan pembelajaran itu sendiri. Namun, sampai sekarang masih banyak sekolah-sekolah yang terlalu kaku dan tradisional dalam menerapkan sistem evaluasi kepada siswa. Siswa terkadang hanya dihadapkan pada sesuatu yang hanya bersifat fakta, jawaban pendek atau pertanyaan pilihan ganda. Siswa hanya dinilai pada sejumlah tugas terbatas yang mungkin tidak sesuai dengan apa yang dikerjakan di kelas, menilai dalam situasi yang telah ditentukan sebelumnya di mana kandungannya sudah ditetapkan, seolah hanya menilai prestasi, jarang memberi sarana untuk menilai kemampuan siswa memonitor pembelajaran mereka sendiri bahkan jarang memasukkan soal-soal yang menilai respon emotional terhadap pengajaran.
Pada dasarnya, suatu sistem penilaian yang baik adalah tidak hanya mengukur apa yang hendak diukur, namun juga dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada siswa agar lebih bertanggung jawab atas apa yang mereka pelajari, sehingga penilaian menjadi bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan melekatkan aktivitas autentik yang dilakukan oleh siswa yang dikenali dan distimulasi oleh kemampuan siswa untuk menciptakan atau mengaplikasikan pengetahuan yang mereka dapat di ranah yang lebih luas.

Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan penilaian proyek ?
Bagaimana contoh penilaian proyek?
Apa yang dimaksud penilaian produk?
Bagaimana contoh penilaian produk?
Apa yang dimaksud penilaian fortofolio dan penilaian diri ?
Bagaimana contoh penilaian fortofolio dan penilaian diri ?


BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian penilaian proyek
Penilaian proyek (project assessment) merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu. Penilaian proyek dapat dilakukan untuk mengukur satu atau beberapa KD dalam satu atau beberapa mata pelajaran.Tugas tersebut berupa rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian data, pengolahan dan penyajian data, serta pelaporan. Pada penilaian projek setidaknya ada empat hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
Pengelolaan
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi, dan mengelola waktu pengumpulan data, serta penulisan laporan.
Relevansi
Topik, data, dan produk sesuai dengan KD.
Keaslian
Produk (misalnya laporan) yang dihasilkan siswa merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap projek siswa.
Inovasi dan kreativitas
Hasil produk siswa terdapat unsur-unsur kebaruan dan menemukan sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Berikut ini contoh kisi-kisi penilaian proyek (Tabel 2.12), dan rubrik penskoran proyek (Tabel 2.13) penilaian proyek (2.14).

Table 2.12 (contoh kisi-kisi penilaian proyek)

Nama Sekolah : SMP Negeri 2013
Kelas/Semester : VII/Semester I
Tahun pelajaran : 2016/2017
Mata Pelajaran : Matematika
Contoh Proyek:
Dengan menggunakan batang lidi, potonglah hingga diperoleh batang lidi yang sama panjang. Kemudian bentuklah suatu segiempat dengan menggunakan potongan batang lidi tersebut. Berapa banyak segiempat yang kamu temukan dengan panjang sisi yang sama? Dengan cara yang sama, bentuklah suatu segitiga dengan menggunakan potongan batang lidi tersebut. Berapa banyak segitiga yang terbentuk? Tuliskan hasil temuanmu dari kegiatan di atas, dan temukan hubungan banyak potongan lidi dengan banyak segiempat dan segitiga yang terbentuk, serta sajikan di depan kelas. Berikut table 2.13 contoh rubrik penskoran proyek berikut:
.
Table 2.14 ( contoh penilaian proyek)

No
Indikator
Rubrik

Kemampuan perencanaan
2 = Perencanaan lengkap (bahan,
cara kerja, hasil) dan rinci
1 = Perencanaan kurang lengkap
0 = Tidak ada perencanaan

Kemampuan menggunakan batang
lidi secara tepat berdasarkan
instruksi pada tugas projek
2 = Menggambar dan memberi
label secara tepat sesuai yang
dilihat di dalam mikroskop.
1 = Menggambar dengan
tepat, tetapi salah dalam
memberikan label atau
sebaliknya.
= Gambar dan label tidak tepat.

Kemampuan menemukan macam-macam segiempat dan segitiga yang dibuat dari lidi
4 = Menggambar dan memberi label dari bagian-bagian sel
secara tepat dan lengkap.
3 = Menggambar dan memberi
label dari bagian-bagian sel secara tepat, tetapi tidak lengkap.
2 = Menggambar dengan tepat
tetapi keliru dalam pemberian
label dari bagian-bagian sel.
1 = Menggambar dan memberi
label bagian-bagian sel dengan tidak tepat.
0 = Tidak ada gambar.


Kemampuan menjelaskan cara
menemukan bentuk segiempat dan segitiga melalui lidi
4 = Menjelaskan bagian-bagian sel secara tepat, lengkap, dan runtut.
3 = Menjelaskan bagian-bagian sel secara tepat, lengkap, tetapi kurang runtut.
2 = Menjelaskan bagian-bagian sel secara tepat tetapi kurang lengkap dan kurang runtut.
1 = Menjelaskan bagian-bagian sel secara kurang tepat, kurang lengkap, dan kurang runtut.
0 = Tidak melakukan presentasi.

Poster (Produk)
3 = Poster menarik, informatif, dan
merepresentasikan bentuk serta
ukuran sel dan bagian-bagiannya secara tepat.
2 = Poster kurang menarik, kurang informatif, tetapi merepresentasikan bentuk serta ukuran sel dan bagianbagiannya secara tepat.
1 = Poster kurang menarik, kurang informatif, dan kurang merepresentasikan bentuk serta ukuran sel dan bagianbagiannya secara tepat.
0 = Tidak ada poster.

Nilai =

Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut. Penilaian produk tidak hanya diperoleh dari hasil akhir saja tetapi juga proses pembuatannya. Penilaian produk meliputi penilaian terhadap kemampuan peserta didik membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik, plastik, dan logam.
Pengembangan produk meliputi 3 (tiga) tahap dan dalam setiap tahapan perlu diadakan penilaian yaitu:
Tahap persiapan, meliputi: menilai kemampuan peserta didik merencanakan, menggali, dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
Tahap pembuatan (produk), meliputi: menilai kemampuan peserta didik menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
Langkah-langkah umum penilaian produk adalah:
menyusun kisi-kisi;
mengembangkan/menyusun tugas yang dilengkapi dengan langkah-langkah,
bahan, dan alat;
menyusun rubrik penskoran dengan memperhatikan aspek-aspek yang perlu dinilai;
melaksanakan penilaian dengan mengamati siswa selama proses
penyelesaian tugas dan/atau menilai produk akhirnya berdasarkan rubrik;
mengolah hasil penilaian dan melakukan tindak lanjut.
Berikut ini contoh kisi-kisi penilaian produk (Tabel 2.9),  rubrik, pedoman penskoran penilaian produk (Tabel 2.10), dan rubrik penilaian produk (Tabel 2.11).
Contoh kisi-kisi penilaian produk (Tabel 2.9)

Nama Sekolah : SMP Negeri 2013
Kelas/Semester : VII/Semester I
Tahun pelajaran : 2016/2017
Mata Pelajaran : MatematikaNo
Kompetensi dasar
Materi
Indikator
Teknik Penilaian

Keterampilan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
bangun datar segiempat (persegi, persegipanjang,
belahketupat, jajargenjang,
trapesium, dan layang-layang) dan segitiga
Bangun datar segitiga
Menyelesaikan
masalah dalam
kehidupan sehari-hari
dengan menggunakan
sifat-sifat segiempat dan segitiga.
Produk

Contoh tugas penilaian produk:
Ketaksamaan Segitiga
Untuk memahami tentang ketidaksamaan segitiga, lakukan kegiatan berikut ini.
Bahan-bahan:
Kertas
Pensil
Busur derajat
Penggaris
Gunting

Buatlah tiga buah segitiga yang berbeda dari kertas karton.
Kemudian berilah nama segitiga ABC, KLM, dan PQR. Berilah nama sisi dihadapan masing-masing sudut dengan simbol huruf kecil.
Ukurlah panjang sisi-sisinya masing-masing
Jumlahkan dua sisi pada setiap segitiga, kemudian bandingkan ukuran panjang dengan panjang sisi ketiga. Manakah yang lebih besar? Lakukanlah dua sisi berikutnya, kemudian bandingkan juga ukuran panjangnya dengan sisi ketiga.
Misalkan, pada segitiga ABC
a + b dengan c
b + c dengan a
a + c dengan b
Manakah yang lebih besar? Lakukan juga untuk dua segitiga lainnya.
Apakah yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan di atas? Diskusikanlah.

Contoh rubrik penskoran penilaian produk (Tabel 2.10)

Contoh rubrik penilaian produk (Tabel 2.11)
No
Indikator
Rubrik


Menyiapkan alat dan bahan
2 = Menyiapkan seluruh alat dan bahan yang diperlukan.
1 = Menyiapakan sebagian alat
dan bahan yang diperlukan.
0 = Tidak menyiapkan alat bahan


Melakukan uji ketaksamaan
Segitiga
4 = Melakukan empat langkah
kerja dengan tepat.
3 = Melakukan tiga langkah kerja
dengan tepat.
2 = Melakukan dua langkah kerja
dengan tepat.
1 = Melakukan satu langkah kerja
dengan tepat.
0 = Tidak melakukan langkah
kerja.
Langkah Kerja:
Buatlah tiga buah segitiga yang berbeda dari kertas karton.
Kemudian berilah nama
segitiga ABC, KLM, dan PQR. Berilah nama sisi di hadapan masing-masing sudut dengan simbol huruf kecil.


Membuat laporan
3 = Memenuhi 3 kriteria
2 = Memenuhi 2 kriteria
1 = Memenuhi 1 kriteria
0 = Tidak memenuhi kriteria
Kriteria laporan:
Memenuhi sistematika
laporan (judul, tujuan, alat dan bahan, prosedur, data pengamatan, pembahasan, kesimpulan)
Data, pembahasan, dan kesimpulan benar
Komunikatif

Nilai = 

Penilaian Portofolio
Seperti pada penilaian pengetahuan, portofolio untuk penilaian keterampilan merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD pada KI-4. Portofolio setiap siswa disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan sampel karya tersebut digunakan sebagai sebagian bahan untuk mendeskripsikan pencapaian keterampilan secara deskriptif. Portofolio keterampilan tidak diskor lagi dengan angka. Berikut adalah contoh ketentuan dalam penilaian keterampilan dengan portofolio:
Karya asli siswa.
Karya yang dimasukkan dalam portofolio disepakati oleh siswa dan guru.
Guru menjaga kerahasiaan portofolio.
Guru dan siswa mempunyai rasa memiliki terhadap dokumen portofolio.
Karya yang dikumpulkan sesuai dengan KD. Setiap pembelajaran KD dari KI-4 berakhir, karya terbaik dari KD tersebut (bila ada) dimasukkan ke dalam portofolio.
Penilaian hendaknya mengacu pada prinsip-prinsip sebagai berikut.
sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;
objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;
adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender;
terpadu, berarti penilaian oleh guru merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;
terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;
menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh guru mencakup
semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik;
sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;
beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Dalam hal ini, kriteria yang dimaksudkan adalah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). KKM mengacu pada standar kompetensi kelulusan, dengan mempertimbangkan karakteristik siswa dan karakteristik materi pelajaran; dan
akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Penilaian Diri
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.
Teknik penilaian diri dapat digunakan dalam berbagai aspek penilaian, yang berkaitan dengan kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses pembelajaran di kelas, berkaitan dengan kompetensi kognitif, misalnya: peserta didik dapat diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikir sebagai hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu, berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan perasaannya terhadap suatu objek sikap tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Berkaitan dengan kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya sebagai hasil belajar berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan teknik ini dalam penilaian di kelas antara lain sebagai berikut.
Dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk menilai dirinya sendiri;
Peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya;
Dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.
Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang jelas dan dengan cara yang objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut.
Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.
 Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.
Merumuskan format penilaian, dapat berupa pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala rentang.
Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.
Guru mengkaji sampel hasil penilaian secara acak, untuk mendorong peserta didik supaya senantiasa melakukan penilaian diri secara cermat dan objektif.
Menyampaikan umpan balik kepada peserta didik berdasarkan hasil kajian terhadap sampel hasil penilaian yang diambil secara acak.
Perlu dicatat bahwa tidak ada satu pun alat penilaian yang dapat mengumpulkan informasi prestasi dan kemajuan belajar peserta didik secara lengkap. Penilaian tunggal tidak cukup untuk memberikan gambaran/informasi tentang kemampuan, keterampilan, pengetahuan dan sikap seseorang. Lagi pula, interpretasi hasil tes tidak mutlak dan abadi karena anak terus berkembang sesuai dengan pengalaman belajar yang dialaminya.
Alat penilaian tertulis seperti pilihan ganda yang mengarah kepada hanya satu jawaban yang benar (convergent thinking), tidak mampu menilai keterampilan/ kemampuan lain yang dimiliki peserta didik. Hal ini amat menghambat penguasaan beragam kompetensi yang tercantum pada kurikulum secara utuh. Alat penilaian pilihan ganda kurang mampu memberikan informasi yang cukup untuk dijadikan umpan-balik guna mendiagnosis atau memodifikasi pengalaman belajar. Karena itu, guru hendaknya mengembangkan alat-alat penilaian yang membedakan antara jenis-jenis kompetensi yang berbeda dari tiap tingkat pencapaian. Hasil penilaian dapat menghasilkan rujukan terhadap pencapaian peserta didik dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor, sehingga hasil tersebut dapat menggambarkan profil peserta didik secara lengkap.

Contoh format penilaian diri siswa 

Nama: 
Kelas :
Semester :
Waktu penilaian:
No 
Pernyataan 
Ya 
Tidak 
1
Saya berusaha belajar dengan sungguh-sungguh


2
Saya mengikuti pembelajaran dengan penuh perhatian


3
Saya mengerjakan tugas yang diberikan guru tepat waktu


4
Saya mengajukan pertanyaan jika ada yang tidak dipahami


5
Saya berperan aktif dalam kelompok


6
Saya menyerahkan tugas tepat waktu


7
Saya selalu membuat catatan hal-hal yang saya anggap penting


8
Saya merasa menguasai dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik


9
Saya menghormati dan menghargai orang tua


10
Saya menghormati dan menghargai teman


11
Saya menghormati dan menghargai guru
Keterangan; 
penilaian persepsi dari siswa untuk mencocokkan persepsi diri siswa dengan kenyataan yang ada.
Hasil penilaian persepsi diri siswa digunakan sebagai dasar guru untuk melakukan bimbingan dan motivasi lebih lanjut.















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh peserta didik menurut periode/waktu tertentu.
Penilaian produk adalah penilaian terhadap keterampilan dalam membuat suatu produk dan kualitas produk tersebut.
Penilaian portofolio merupakan kumpulan sampel karya terbaik dari KD pada KI-4. Portofolio setiap siswa disimpan dalam suatu folder (map) dan diberi tanggal pengumpulan oleh guru. Portofolio dapat disimpan dalam bentuk cetakan dan/atau elektronik. Pada akhir suatu semester kumpulan sampel karya tersebut digunakan sebagai sebagian bahan untuk mendeskripsikan pencapaian keterampilan secara deskriptif. Portofolio keterampilan tidak diskor lagi dengan angka.
Penilaian diri (self assessment) adalah suatu teknik penilaian, di mana subjek yang ingin dinilai diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan, status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya dalam mata pelajaran tertentu.

Saran
Saran penyusun dalam makalah ini yaitu agar sekiranya dosen pengampu menerima dan bersedia memberikan bimbingan kepada penyusun jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kesalahan-kesalahan.








DAFTAR PUSTAKA

Asrul,dkk. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Citapustaka Media
Emtha’s blog, Penilaian Keterampilan Dalam Kurikulum 2013, online, https : // emtha1110.blogspot.Com/?m=1,diakses 30 Maret 2019, pukul 19:58.

Filsafat matematika

KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah sehingga makalah Filsafat Matematika ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Rahmawati, S.Pd., M.Pd selaku dosen pengampu Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika yang telah membimbing kami dan tak lupa lupa kami haturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah turut berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.
Makalah Filsafat Matematika ini sebagai bahan pemenuhan Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Matematika. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini untuk itu kami mohon kritik dan saran yang membangun guna membuat kami jauh lebih baik lagi dalam menyusun makalah ke depannya. Harapannya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi kami sebagai penyusun.

Maros,08 Maret 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

Halaman Judul 
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 
Latar belakang 3
Rumusan Masalah 3
BAB II PEMBAHASAN
Matematika Mempelajari Besaran Dan Keluasan 4
Hubungan Pola, Bentuk Dan Rakitan Sebagai Sasaran Matematika Modern 7
BAB III PENUTUP
Kesimpulan 13
Saran 13
Daftar Pustaka 

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dua bidang pengetahuan rasional yang tak diragukan lagi berhubungan sangat erat sejak dulu sampai sekarang adalah filsafat dan matematika. Namun hubungan itu sering diuraikan secara keliru oleh sebagian filsuf maupun ahli matematik. Mungkin karena terkesan oleh perkembangan filsafat pada zaman dulu, orang memberikan kedudukan utama kepada filsafat.
Akhirnya dalam hubungannya dengan deduksi-deduksi yang dibuat oleh matematika itu filsuf Inggris C.D. Broad dalam bukunya Scientific Thought (1949) menegaskan suatu perbedaan lagi antara filsafat dengan matematik. Dalam bidang matematik orang dengan berpangkal pada aksioma-aksioma yang tak diragukan atau premis-premis yang dianggap sebagai hipotesa menurunkan kesimpulan-kesimpulan sampai yang jauh sekali. Sebaliknya filsafat tidak berminat terhadap kesimpulan-kesimpulan yang jauh, melainkan terutama bersangkutpaut dengan analisa dan penilaian dari premis-premis semula. Bidang pengetahuan yang disebut filsafat matematik merupakan hasil pemikiran filsafat yang sasarannya adalah matematik itu sendiri. 
Dalam makalah ini penyusun akan membahas filsafat matematika tentang, matematika mempelajari besaran dan keluasan serta hubungan, pola, bentuk, dan rakitan sebagai sasaran matematika modern. Yang dimana segenap hubungan, pola, dan bentuk serta sifat-sifat lainnya dari unsur-unsur yang tercermin pada hubungan, pola, dan bentuk merupakan struktur dari sebuah sistem matematika yang kemudian akan ditelaah kembali dalam matematika, khususnya oleh cabang matematika yang dinamakan aritmetika perduaan.

Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan besaran dan keluasan?
Apakah itu Pola, Bentuk dan Rakitan dalam ilmu matematika?
Apa hubungannya dengan matematika modern?

BAB II
PEMBAHASAN
Matematika Mempelajari Besaran Dan Keluasan
Pengertian bilangan dan ruang ternyata mengalami abstraksi lebih lanjut. Orang mencoba mencakup kedua hal itu dalam satu pengertian yang lebih umum dan menyatakanya dengan satu istilah. Istilahnya ialah quantity (kuantitas), istilah ini kiranya tepat pula di terjemahkan menjadi besaran. Tetapi, oleh karena kuantitas itu mencakup dua hal, maka kadang-kadang untuk menegaskan unsur-unsurnya lalu di tambahkan kata sifat sehingga menjadi besran angka (numerika quantity) dan besaran ruang (spatial quantity).
Batasan matematika sebagai ilmu tentang kuantitas (the science quantity) juga berasal dari masa yang silam dan pertama di berikan oleh Aristoteles. Sampai sekarang definisi ini masih di pakai pula dalam kamus-kamus dan ensiklopedi-ensiklopedi dengan di beri tambahan atau kelengkapan seperlunya. 
Besaran atau kuantitas menurut sebuah kamus matematika ialah suatu jumlah atau suatu bilangan ataupun suatu ungkapan yang mengandung nilai (An amount, or a number,oran expression which takes on value ). Di sini nilai berarti sesuatu bilangan apa pun.
Menurut Bertrand Russeli, istila quantity adalah suatu kata kabur. Oleh karena itu untuk memudahkan pembahasan ia lebih suka menggantinya dengan kata bilangan (number). Seorang ahli matematika lain Hermann Weyl menyatakan bahwa sesungguhnya dalam perkembangan matematika sendiri di ragu-ragukan apakah kuantitas merupakan suatu pengertian yang penting. Oleh karena itu, ia berpendapat bahwa kita tak perlu cemas mengenai apa yang secara pasti di maksudkan dengan kuantitas itu.
Sebuah istilah lain yang juga dipakai untuk menampung pengertian bilangan dan ruang dalam batasan-batasan matematika ialah istilah magnitude (keluasan) istilah ini sering di persamakan artinya atau dianggap sepadan dengan quantity. Sebagai contoh misalnya Bernard Hausmann mengutip definisi yang berbunyi ”Mathematics is the science of quantity or magnitude" (matematika adalah ilmu tentang besaran dan keluasan). 
Mengenai pengertian keluasan yang boleh di katakan seperti dengan besaran. Keyser menjelaskan bahwa “Salah satu yang tertua, sekaligus juga yang paling dikenal, dari batasan-batasan memandang matematika sebagai ilmu tentang keluasan, dalam hal ini keluasan termasuk jumlah besar sebagai suatu jenis yang istimewah, berarti apa saja yang mampu mengalami penambahan dan pengurangan serta pengukuran”.
Untuk dapat menampung pengertian bilangan dan ruang sebagai dua hal yang berlainan cirri-cirinya, kemudian orang mencoba membedakan antara discrete magnitude (keluasan yang terpisah-pisah) dan continuous magnitude (keluasan yang bersambungan). Misalnya Dagobert Runes mengutip bahwa definisi tradisional tentang matematika ialah sebagai “ilmu tentang besaran” atau “ilmu tentang keluasan yang terpisah-pisah dan yang bersambungan”. Sebuah karya referensi lain menyatakan bahwa definisi matematika sebagai ilmu tentang keluasan yang terpisah-pisah dan yang bersambungan berlaku bagi matematika sejak abad ke-16 sampai pertengahan abad ke-19 yang lalu.
Hal yang kini perlu diketahui ialah apakah yang di maksud dengan kata discrete (terpisah-pisah) dan continuous (bersambungan) dalam perumusan tersebut diatas. Eric Temple Bell menjawab demikian:
Hal yang terpisah-pisah berjuang untuk melukiskan semua alam dan semua matematika secara atomistic, dalam rangka unsur-unsur perorangan yang dapat dikenal jelas, seperti bata-bata dalam suatu tembok atau bilangan-bilangan 1,2,3,… Hal yang bersambungan berusaha memahami gejala-gejala alamiah arah- suatu planet dalam jalurnya, aliran suatu arus listrik, pasang dan surut gelombang-gelombang, dan sejumlah banyak penampakan-penampakan lain yang memperdayakan kita dalam mempercayai bahwa kita mengetahui alam dalam perumusan mistik dari Heraclitus :” Semua hal mengalir”.
Ciri-ciri pokok dari bilangan ialah ciri terpisah-pisah sendiri menyangkut sifatnya (qualitative) dan ciri satu dari satu (individual). Ciri-ciri yang demikian itu menjadikan bilangan untuk dituntung sehingga termasuk dalam lapangan aritmatika yang bercorak penggabungan. Sebaliknya, ruang mempunyai cirri-ciri bersambungan terus menerus mengenai besarnya (kuantitatyve) dan ciri sama jenis (homogeneous) yang hanya bisa diukur dalam lingkungan geometri yang bercorak analitis. Jadi, keluasan yang terpisah-pisah adalah keluasan yang menyangkut bilangan, sedangkan keluasan yang bersambungan merupakan keluasan dalam ruang. Pengertian-pengertian ini tampaknya tidak berbeda dengan besaran angka dan besaran ruang dalam pembahasan matematika sebagai ilmu tentang kuantitas.
Demikianlah bilangan, besaran, ruang, dan keluasan merupakan sasaran-sasaran yang ditelaah oleh matematika. Sasaran-sasaran itu sering kali disebut secara bersama-sama pada definisi matematika dalam kamus dan ensiklopedi sehingga perumusannya campur aduk kurang cermat. 
Menurut penjelasan Keyser seperti dikutip dimuka, keluasan mengandung arti apa saja yang ‘mampu mengalami penambahan dan pengurangan serta pengukuran’. Magnitude sebagai suatu perkataan umum memang berarti juga ukuran (size, measure). Oleh karena itu, diantara para penyusun kamus ada yang menganut batasan  “matematika adalah ilmu tentang bilangan, besaran dan pengukuran. 


Kata-kata number dan quantity itu kemudian bahkan hapus dan definisi yang demikian sehingga ada perumusan matematika sebagai “ilmu tentang pengukuran”. Perumusan dari seorang sarjana Belanda juga berkisar pada kegiatan mengukur itu dan berbunyi sebagai berikut : 
“Matematika adalah ilmu tentang hal menghitung dan hal mengukur, yang diambil dalam arti yang seluas-luasnya dan di jalankan sampai akibat-akibat yang sejauh-jauhnya.”
Makna pengukuran semula adalah penerapan yang di ulang-ulang kembali dari sebuah satuan ukuran tertentu terhadap sesuatu keluasan. Misalnya mengukur panjangnya sebatang bambu dengan penggaris berukuran satu meter. Pengukuran yang demikian itu bersifat langsung, tetapi kemudian berkembang metode-metode pengukuran lain seperti misalnya untuk mengukur besarnya sebuah planet, jarak diantara dua bintang, dan kecepatan dari cahaya. Dalam hal ini pengukuran itu sifatnya tidak langsung. Berhubung dengan kenyataan ini, filsuf dan ahli matematika Auguste Comte (1798-1857) merumuskan definisi matematika sebagai “ Ilmu tentang pengukuran yang tak langsung.”
Dalam perkembangan lebih lanjut, pengukuran secara langsung maupun tak langsung ternyata bukan satu-satunya hal yang terpenting dalam matematika. Misalnya dalam geometri proyeksi hal yang lebih penting ialah persoalan  letak. Sebagai contoh misalnya gambar proyeksi mengenai sebuah segienam yang di letakkan dalam lingkaran.
Pada contoh di tersebut masalah pengukuran boleh dikatakan tidak ada atau kurang penting. Hal yang menjadi pusat perhatian ialah letak dari titik-titik dan garis-garis. Oleh karena itu variasi terakhir timbullah pendapat yang merumuskan matematika sebagai ilmu tentang keluasan atau pengukuran dan letak.

Hubungan Pola, Bentuk, Dan Rakitan Sebagai Sasaran Matematika Modern

Matematika berkembang sangat luas sejak awal abad ke-19 sehingga dianggap memasuki zaman keemasannya. Awal abad itu juga diakui sebagai masa awal matematika modern terutama dalam hal bungungan khusus dengan bagian-bagian yang sukar.
Ahli matematika Jerman yang terbesar dalam abad ke-19 Carl Friedrich Gauss (1777-1855) berpendapat bahwa matematika semata-mata menyangkut perincian dan perbandingan dari hubungan-hubungan. Menurut gauss suatu keluasan tersendiri tidaklah mungkin dipelajari. 
Misalnya sebuah garis tunggal tidak memberitahukan apa-apa. Tetapi, kalau sebuah garis lain diletakkan di sebelahnya maka dapatlah di telaah berbagai hubungan yang ada seperti umpamanya perbandingan panjang atau arahnya dan pengukuran yang diciptakan oleh kedua garis itu.
Pengertian hubungan dalam matematika menurut John Hafstrom bertalian erat dengan artinya, dalam pemakaian sehari-hari. Sebuah hubungan mencakup dua hal atau lebih yang memiliki sifat tertentu yang umum di antara mereka, atau yang sama-sama tercakup dalam suatu himpunan tertentu. Contoh-contoh hubungan dalam matematika misalnya adalah kesamaan (dua buah bilangan dapat dianggap berhubungan karena besarnya yang sama), pertimbangan, lebih besar, lebih kecil, atau kesejajaran.
Setiap benda di dunia ini mempunyai hubungan-hubungan yang tak disebut atau tak dinamai dengan setiap benda lainnya. Jumlah dan macam hubungan-hubungan itu tidak terbatas. Henry Poincare bahkan menyatakan bahwa ilmu sesungguhnya tidak dapat mengetahui benda-benda, melainkan hanyalah hubungan-hubungannya. Tetapi hal-hal yang ingin diketahui oleh para ahli matematika menurut Keyser adalah hubungan-hubungan abstrak yang pasti, hubungan-hubungan fungsional yang sepenuhnya ditentukan atau dapat ditentukan, dan kumpulan hubungan-hubungan yang dapat dipikirkan secara logis. Pandangan tersebut sesuai dengan pandangan modern mengenai matematika murni yang dipersamakan dengan teori hipotesis-deduktif yang umum tentang hubungan-hubungan.
Dari hubungan beberapa ahli matematika kemudian berbicara tentang pola. Pola terkadang diartikan sebagai suatu sistem mengenai hubungan-hubungan di antara perwujudan-perwujudan alamiah. Bilamana perwujudan-perwujudan ilmiah yang tampaknya rumit atau beranekaragam ditelaah secara mendalam, sering-sering dengan abstrak dalam pikiran, maka biasanya dapatlah di temukan pola-polanya.
Seorang matematikawan yang secara tegas merumuskan matematika sebagai pengetahuan yang menelaah pola adalah W.W.Sawyer. Dia mengatakan bahwa matematika adalah penggolongan dan penelaahan tentang semua pola yang mungkin.
Perwujudan-perwujudan dalam alam mempunyai berbagai pola atau keteraturan. Pola-pola yang sama sering terkandung dalam aneka benda-benda atau keadaan-keadaan yang tampaknya berbeda-beda. Tetapi, sesekali pola alamiah yang sama itu diketahui dan dipahami oleh ahli matematika dapatlah diwujudkan menjadi pola dalam matematika. Misalnya sebuah batu cadas dan sebuah bukit yang mempunyai perwujudan sebagai berikut:

Setelah dipelajari oleh ilmu matematika, fenomena gambar di atas yang kelihatannya berlainan ternyata mengandung pola atau keteraturan yang sepenuhnya sama. Dari sudut matematika perwujudan gambar di atas merupakan perwujudan dari pola yang tertuang dalam dalil Pythagoras yang terkenal dengan rumusnya A2 + B2 = C2 atau dengan kata-kata jumlah dari dua kuadrat sisi sebuah segitiga siku-siku adalah sama dengan kuadrat sisi miringnya. Rumus ini juga dapat dilihat dari gambar berikut:

Edna Kramer mengatakan bahwa “Sudut pandang yang kami baru saja kembangkan pastilah  mengungkapkan matematika sebagai suatu ilmu tentang bentuk, yang tidak perlu dibatasi pada bilangan, ruang, besaran, atau pengukuran, melainkan sebaliknya bersifat mencakup semuanya, termasuk logika, ilmu-ilmu murni maupun ilmu-ilmu terapan yang untuknya ilmu-ilmu murni menyediakan bentuknya”.
Pengertian bentuk disini bukanlah gambar-gambar bidang dan bentuk-bentuk ruang sebagaimana lazim dalam geometri. Arti yang lebih baru dari bentuk dalam matematika menunjukkan pada rakitan dari hubungan-hubungan dan teori-teori matematika. Ini berkembang, tidak dari suatu penelaahan tentang bentuk ruang sebagai demikian, melainkan dari analisis mengenai pembuktian-pembuktian yang terjadi dalam geometri, aljabar, dan pembagian-pembagian lainnya dari matematika.
Menurut H.M Dadaorian pengertian mengenai bentuk memegang peran yang penting dalam dalam studi matematika. Misalnya bentuk dari suatu rumus matematika adalah jauh lebih penting daripada lambang-lambang yang dipakai dalam suatu rumus dan suatu lambang dapat digantikan dengan suatu tanda apapun tanpa mengubah berlakunya rumus itu. Sebagai contoh misalnya kalau jumlah dari dua besaran  dikenakan pangkat dua, maka terjadilah langkah pengerjaan sebagai berikut:




Rumus tersebut diatas dapat juga dituliskan demikian

Rumus kedua ini yang mempunyai bentuk yang sama dengan rumus pertama akan berlaku sah sepenuhnya apapun yang menjadi isi dari segiempat dan lingkaran ituu, asalkan semua segiempat mempunyai isi yang sama dan semua lingkaran demikian juga.
Pengertian bentuk menurut kutipan bell tersebut diatas menunjuk pada rakitan dari hubungan-hubungan dan toeri-teori matematika. Raymond Wilder tampaknya menyamakan pengertian bentuk dan rakitan dalam uraiannya bahwa sebagai ahli-ahli matematika mereka rupanya menelaah bentuk-bentuk atau rakitan-rakitan yang abstrak dan hubungan-hubungan diantara mereka. Bila kita memahami bilangan pokok misalnya, ini adalah suatu sifat struktural dari suatu himpunan; kalau kita mengatakan bahwa sebuah himpunan mempunyai empat unsur, kita telah mengatakan sesuatu tentang rakitan dari himpunan itu. Kalu kita mengatakan ini tersusun secara linear, kita telah menunjukkan suatu sifat struktural yang lain. 
Sebuah definisi lain mentelaah bahwa rakitan adalah penelaahan tentang rakitan-rakitan abstrak dan saling berhubungan diantara mereka. Penelahaan terhadap rakitan tersebut merupakan ciri-ciri dari matematika modern yang membedakannya dengan pengertian matematika kuno sebagai ilmu tentang bilangan dan ruang.
Pandangan dari matematikawan modern ditunjukkan dalam pemakaiannya yang kerap kali mengenai akar kata “morph” artinya bentuk, seperti dalam kata-kata homomorphism, isomorphism, dan homeomorphism. Matematikawan memandang sistem bilangan sebagai sebuah kumpulan struktur-struktur yang saling berkaitan.
Peralihan dan penitikberatan kepada rakitan itu terjadi karena orang mulai berpendapat bahwa sasaran matematika berupa bilangan, titik, garis, dan bentuk-bentuk ruang lainnya sebagai hal yang sungguh-sungguh berwujud tidaklah banyak artinya dalam matematika. Courant dan Robbins mengatakan, “Apa yang penting dan apa yang bertalian dengan kenyataan yang dapat diperiksa kebenarannya adalah rakitan dan hubungan, bahwa dua titik menentukan sebuah garis, bahwa bilangan-bilangan bergabung menurut aturan-aturan tertentu untuk membentuk bilangan-bilangan lain, dan sebagainya”.
Selain definisi di atas, rakitan juga merupakan sebuah istilah yang bersifat agak mencakup semuanya yang diterapkan bagi hubungan-hubungan logis yang terdapat di antara berbagai kegiatan yang dilakukan dalam suatu organisasi. Maksudnya rakitan memberikan suatu susunan yang tertib di antara fungsi-fungsi sehingga tujuan-tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efisien. Struktur mengandung arti sistem dan pola.
Dari pemaparan di atas bahwa pengertian rakitan sesungguhnya dapat meliputi bentuk, pola dan hubungan yang semula telah diuraikan sebagai sasaran-sasaran matematika tersendiri. Kini menjadi semakin tegas bahwa pengertian rakitan sesungguhnya mencakup hubungan, pola dan bentuk. Dengan demikian, perumusan-perumusan terdahulu mengenai matematika sebagai studi tentang hubungan-hubungan, studi tentang pola-pola, dan studi tentang bentuk dapatlah tertampung semuanya kalau orang merumuskan matematika sebagai studi tentang rakitan.
Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa rakitan yang ditelaah oleh matematika ialah rakitan dari sistem-sistem matematika seperti yang dikatakan oleh gauss. Sebagai contoh mengenai system matematika yang strukturnya ditelaah oleh ahli matematika modern ialah misalnya system perduaan yang lazim digunakan dalam komputer elektronik untuk melakukan perhitungan-perhitungan. Dalam system ini hanya dipergunakan dua angka (0 dan 1) untuk menyatakan semua bilangan dan melakukan perhitungan sampai jumlah berapapun. Bilangan nol dinyatakan dengan lambing 0, sedang bilangan satu juga tetap dinyatakan dengan angka 1 tetapi untuk bilangan dua yang terjadi dari satu tambah satu, aturan perhitungan dan penulisannya adalah sebagai berikut:
1
+1
10

Bilangan dua itu ditulis 10 karena sistem perduaannya hanya memakai angka 0 dan 1 serta tidak mengenal angka-angka lainnya. Selanjutnya kalau bilangan dua di atas ditambah dengan satu sehingga menjadi tiga, maka perhitungan dan penulisannya adalah sebagai berikut:
10
+1
11
Selanjutnya kalau bilangan tiga di atas ditambah lagi sehingga menjadi bilangan empat, maka tata cara penulisanna adalah sebagai berikut:
11
+1
100
Hubungan-hubungan bilangan perpaduan dan aturan-aturan penambahannya dapat disusun menjadi pola dengan bentuk sebagai berikut:

+
0
1

0
0
1

1
1
10


Segenap hubungan, pola, dan bentuk serta sifat-sifat lainnya dari unsur-unsur yang tercermin pada table di atas merupakan struktur dari sebuah sistem matematika yang disebut binary system (sistem perpaduan). Sistem ini ditelaah dalam matematika, khususnya oleh cabangnya yang dinamakan aritmetika perpaduan (binary arithmetic).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Besaran atau kuantitas menurut sebuah kamus matematika ialah suatu jumlah atau suatu bilangan ataupun suatu ungkapan yang mengandung nilai. apa saja yang mampu mengalami penambahan dan pengurangan serta pengukuran
Matematika sebagai ilmu tentang hubungan adalah ilmu yang di dalamnya hubungan-hubungan yang diketahui di antara keluasaan-keluasaan dikenakan proses-proses tertentu yang membuat hubungan-hubungan lainnya dapat diturunkan. Sedangkan pola adalah suatu sistem mengenai hubungan-hubungan di antara perwujudan-perwujudan alamiah. Sedangkan bentuk memegang suatu peranan yang sangat penting dalam studi matematika. Dan dari penelaahan tentang bentuk maka akhirnya membawa para matematikawan kepada struktur dan lahirlah definisi matematika menganai rakitan. Dan dari kesemua itu maka lahirlah sistem perduaan (binary system), dan sistem ini akan ditelaah lebih lanjut pada cabang matematika tentang aritmetika perduaan (binary arithmetic).

Saran
Kami menyadari penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik pembaca agar penyusunan makalah kami kedepannya lebih baik lagi. Dan semoga makalah kami ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun kami sebagai penyusun.








DAFTAR PUSTAKA

The Liang Gie, Filsafat Matematika. Yogyakarta: Pusat Belajar Ilmu Berguna
Yuwono Ari, Filsafat Matematika, online, http : // ariyuwono. blogspot. co. id/ 2009/03/filsafat-matematika_19html?m=1, diakses 08 Maret 2019, pukul 19:58.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Sekolah : SMP/MTs
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : VII (Tujuh)/2 (genap)
Materi Pokok : Aritmatika Sosial
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Kompetensi Inti
Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
Kompetensi Dasar
Indikator Pencapaian Kompetensi

1.
3.15 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase bruto, neto, tara).
3.15.1 Menelaah konsep aritmatika sosial mengenai nilai suatu barang, penjualan, pembelian, keuntungan dan kerugian serta persentase untung dan rugi.



Tujuan pembelajaran
Dengan model pembelajaran Problem Based Learning, pendekatan saintifik, dan diskusi kelompok menggunakan Lembar Tugas Peserta Didik, peserta didik dapat Menelaah konsep aritmatika sosial mengenai nilai suatu barang, penjualan, pembelian, keuntungan dan kerugian serta persentase untung dan rugi.
 Materi Pembelajaran
Aritmatika Sosial
Nilai Suatu Barang
Misalkan dalam kehidupan sehari-hari, anak sekolah membeli alat tulis sekolah. Jika membeli satu pak buku tulis berisi 10 buah  buku dengan harga Rp25.000,00. Berapa harga satu bukunya?
Kita misalkan harga 1 buku dengan “b”. Maka, kita dapatkan harga 1 buku dengan cara:
10b = 25.000
    b =
      = 5.000.
Jadi, harga 1 buah bukunya adalah Rp5.000,00. Maka, harga satu buah buku disebut nilai suatu barang.
Harga Penjualan, Harga Pembelian, Keuntungan dan Kerugian
Kriteria penentuan untung dan rugi dapat ditinjau dari harga beli dan harga jual adalah sebagai berikut:
Harga penjualan diperoleh dari harga sesuatu barang yang dijual.
Harga pembelian diperoleh harga sesuatu yang dibeli.
Keuntungan diperoleh dari harga penjualan lebih tinggi dari harga pembelian.
Kerugian diperoleh dari harga penjualan lebih rendah dari harga pembelian.
Untung = harga penjualan – harga pembelian, dengan syarat harga penjualan > harga pembelian.
Rugi = harga pembelian dikurangi harga penjualan, dengan syarat harga penjualan <  harga pembelian
Presentase Untung dan Rugi
Presentase Keuntungan
Persentase keuntungan digunakan untuk mengetahui persentase keuntungan dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal : 
PU = Persentase keuntungan 
HB = Harga beli (modal)
HJ = Harga jual (total pemasukan)
Persentase keuntungan dapat ditentukan dengan rumus

Presentase Kerugian 
Persentase kerugian digunakan untuk mengetahui persentase kerugian dari suatu penjualan terhadap modal yang dikeluarkan.
Misal :
PR = Persentase kerugian
HB = Harga beli (modal)
HJ = Harga jual (total pemasukan)
Persentase kerugian dapat ditentukan dengan rumus

Karena yang dihitung adalah persentasenya, maka orang dengan keuntungan lebih besar belum tentu persentase keuntungannya juga lebih besar.

Metode Pembelajaran
Metode : Ceramah, tanya jawab, dan diskusi kelompok
Model : Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pendekatan : Saintific

Media, Alat, dan Sumber Belajar
Media               :
Lembar kerja dan materi diskusi

Alat dan bahan :
LCD, Papan tulis, dan spidol

Sumber belajar :
Buku Peserta didik kelas VII Kurikulum 2013
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan
Deskripsi Kegiatan
Alokasi Waktu

Pendahuluan
Guru memberi salam dan mengajak siswa berdoa.
Memeriksa kehadiran siswa sebagai sikap disiplin.
Guru menyiapkan siswa secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran. 
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu membuat konsep aritmatika sosial dan menghitung nilai suatu barang, penjualan, pembelian, keuntungan dan kerugian.
Guru memberikan motivasi kepada siswa.
Guru menyampaikan topik pembelajaran pada hari ini yaitu Aritmatika Sosial.
10 menit
Kegiatan Inti
Untuk mendorong peserta didik terlibat aktif, bertanggungjawab, dan mampu bekerjasama dalam kegiatan kelompok, guru mengelompokkan peserta didik kedalam beberapa kelompok diskusi dengan masing-masing kelompok terdiri atas 5 orang.

Siswa berhitung mulai dari 1-5 dan bergabung dengan kelompok masing-masing yang didapat nomor dari hasil hitugannya.

Guru membagikan Lembar Kerja dan Materi Diskusi, setiap kelompok mendapat satu Lembar Kerja dan Materi Diskusi (terlampir).

Guru memberikan petunjuk pengerjaan lembar kerja dan materi diskusi.

Peserta didik berdiskusi dan mengerjakan Lembar Kerja dan Materi Diskusi. 

Guru memantau dan memberikan bantuan seperlunya kepada peserta didik atau kelompok yang mengalami kesulitan. (Saintifik: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengasosiasikan).

Guru mengamati keaktifan dan kerjasama kelompok.

Kelompok diskusi diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya ke depan kelas. Sementara kelompok lain menanggapi maupun memberi pertanyaan kepada kelompok penyaji. (Saintifik:mengkomunikasikan)

Guru meminta peserta didik untuk kembali ke tempat duduk semula. 

60 menit
Penutup
Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat kesimpulan pembelajaran Aritmatika sosial.
Guru mengakhiri kegiatan belajar dengan menginformasikan materi untuk pertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran dengan  berdoa bersama kemudian memberi salam.
10 menit

Penilaian 
Teknik Penilaian       : Pengamatan, Tes Tertulis
Bentuk instrument : Angket
Prosedur Penilaian    : 
No
Sikap/Nilai
Butir Instrumen
Skor
1
Teliti
Memahami soal/masalah dengan cermat.
Solusi untuk memecahkan masalah.
Ketelitian dalam perhitungan.

2
Ingin Tahu
Keinginan untuk memahami soal/masalah.
Keinginan untuk memecahkan masalah.

Mengetahui




                      
Kepala SMP                         Guru mata pelajaran


Lampiran:
Kelas : VII
Kelompok :
Nama :
1.
2.
3.
4.
5. 

LEMBAR KERJA DAN MATERI DISKUSI

Mata Pelajaran : Matematika
Materi    : Aritmetika Sosial
Alokasi Waktu           : 40 menit.

Kasus 1 (Harga penjualan, harga pembelian, untung dan rugi)

Ibu saya adalah pengusaha pakaian muslim. Beliau menjual barang-barang dagangannya di pasar serta dari rumah ke rumah. Beberapa barang dagangannya adalah kerudung, peci, sarung, dan mukena. Ibu membeli barang dagangannya dari perusahaan konveksi. Dalam jual beli barang-barang tersebut, ibu merupakan pembeli dan pengusahan konveksi sebagai penjual telah memenuhi syarat-syarat penjual dan pembeli yaitu berakal sehat, balig, dan berhak menggunakan hartanya. Selain itu, jual beli yang dilakukan juga telah memenuhi rukun jual beli yaitu adanya penjual (pengusaha), pembeli (ibu), barang halal dan harga yang ditentukan, serta adanya kesepakatan bersama. Karena sudah memenuhi syarat dan rukun dalam jual beli, ibu dan pengusaha konveksi sudah dikatakan sah dalam melakukan jual beli. Berikut table harga pembelian barang-barang tersebut.


No 
Nama Barang
Harga pembelian (Rp)
Satuan harga
Harga pembelian per unit (Rp)
11. 
Kerudung
180.000
Satu lusin
………
22. 
Peci
230.000
Satu pack
……….
33
Sarung
840.000
Satu kodi
..........
44
Mukena
270.000
Setengah lusin
..........


Sebagai pengusaha, ibu kemudian menjual lagi barang-barang tersebut. Dengan harga berikut.

Nama Barang
Harga Pembelian Per Unit (Rp)
Harga Panjualan Per Unit (Rp)
Selisih Harga Pembelian Dan Harga Penjualan
Kerudung
18.000
Peci
21.000
Sarung
40.000
Mukena
50.000

Dari harga pembelian dan harga penjualan per unit tersebut diperoleh:
Harga pembelian kerudung lebih tinggi/rendah* dari harga penjualannya sehingga ibu akan mengalami laba/rugi*
Harga pembelian peci lebih tinggi/rendah* dari harga penjualannya sehingga ibu akan mengalami laba/rugi*
Harga pembelian sarung lebih tinggi/rendah* dari harga penjualannya sehingga ibu akan mengalami laba/rugi*
Harga pembelian mukena lebih tinggi/rendah* dari harga penjualannya sehingga ibu akan mengalami laba/rugi*.
*) coret salah satu

Laba/rugi dari penjualan masing-masing barang tersebut dapat dihitung berikut ini:
Kerudung:
Laba/rugi*
= harga…
= Rp….
= Rp….
= harga…
= Rp….


Peci:
Laba/rugi*
= harga…
= Rp….
= Rp….
= harga…
= Rp….


Sarung:
Laba/rugi*
= harga…
= Rp….
= Rp….
= harga…
= Rp….


Mukena:
Laba/rugi*
= harga…
= Rp….
= Rp….
= harga…
= Rp….


Kasus 2:

Seorang pengusaha harus dapat memperoleh laba dari barang dagangannya. Oleh karena itu, ibu juga harus memperoleh laba dari setiap barang yang dijualnya. Agar memperoleh laba, ibu harus mengganti harga penjualan barang yang mengalami rugi. Jika ibu hanya ingin memperoleh laba Rp.2.000,00 dari harga penjualan barang yang mengalami rugi, maka harga baru dari barang tersebut adalah sebagai berikut.

Nama Barang
Harga Penjualan Per Unit Saat Ini (Rp)
Laba/Rugi ?
Harga Penjualan Per Unit Yang Baru (Rp)
Besar Laba Per Unit (Rp)

Kerudung

Peci

Sarung

Mukena



Kesimpulan:
Harga pembelian adalah………………………………………………………………..
Harga penjualan adalah………………………………………………………………...
Laba adalah…………………………………………………………………………….
Rugi adalah…………………………………………………………………………….

Makalah cara menjaga lingkungan sekolah

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita segala nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga kami masih bisa menyelesaikan makalah mengenai "Cara Menjaga Lingkungan Sekolah"
Marilah kita kirimkan sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW. Nabi yang telah membawa kehidupan dari jaman jahiliyah menuju jalan yang Allah SWT ridhoi.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu,  kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna kesempurnaan makalah ini.







                                                                                            Tertanda


Maros, 26 April 2019


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..1
DAFTAR ISI.…...2
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang.........................................................................................3
Rumusan Masalah....................................................................................3
Tujuan......................................................................................................4
BAB II
PEMBAHASAN
Apa itu lingkungan sekolah ................................................................................5
Bagaimana cara menjaga lingkungan sekolah....................................................10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan.......12
Saran.........12
DAFTTAR PUSTAKA..................................................................................13
                               





BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lingkungan sekolah merupakan lingkungan tempat peserta didik menyerap nilai-nilai akademik termasuk bersosialisasi dengan guru dan teman sekolah. mengenai hal ini Zarnuzi penulis buku ta‟limulmuta‟allim memberikan arahan tentang guru dan teman. menurut Zarnuzi, Idealnya seorang guru memiliki sifat„alim wara‟ dan lebih tua.
Fungsi masjid menurut faham kaum muslimin di masa-masa permulaan Islam adalah amat luas. Mereka telah menjadikan masjid untuk tempat beribadah, memberi pelajaran, tempat peradilan, tentara berkumpul, dan menerima duta-duta dari luar negeri. Di antara yang mendorong mereka untuk mendirikan masjid ialah keyakinan rumahereka tak cukup luas untuk beribadah bersama dan mendirikan suatu majelis. Hal ini sejalan dengan ayat Al-Qur'an :
Artinya:
Janganlah kamu bersem bahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguh-nya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa , sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.(QS at-Taubah 108).
Dalam konteks sekarang, masjid adalah sekolah. Lingkungan sekolah dalam kaitannya dengan pembentukan tingkat keberhasilan anak dalam belajar, adalah sebagai lanjutan dari pendidikan lingkungan keluarga. Dalam perspektif Islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan tujuan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri terhadap Allah dan mentauhidkan-Nya sehingga manusia terhindar dari penyimpangan fitrahnya. Artinya, prilaku anak diarahkan agar tetap mempertahankan naluri keagamaan dan tidak keluar dari bingkai norma-norma Islam. Demikian pula anak di sekolah tidak akan lepas dari pergaulan dengan teman sebayanya

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka kita bisa mengetahui rumusan masalahnya ialah bagamana cara menjaga lingkungan sekolah agar terhindar dari penyimpangan fitrahnya.

Tujuan

Untuk mengetahui cara menjaga lingkungan sekolah agar terhindar dari penyimpangan fitrahnya.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Disiplin
Disiplin adalah sikap patuh dan kemauan untuk menghormati serta menaati suatu sistem baik sistem agama maupun etika sosial. Dalam bahasa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sikap disiplin merupakan keharusan dalam ibadah. Perintah untuk bersikap disiplin tersebut tersirat dalam sifat ihsan. Dalam hadits shahih riwayat Bukhari dan Muslim disebutkan bahwa ihsan adalah:


Menyembah Allah subhanahu wa taala seakan-akan kamu melihat-Nya.
Konsekuensi dari perilaku ihsan tersebut adalah komitmen kita untuk tetap melakukan ibadah baik di kala sendirian maupun saat ada orang yang mengawasi, dalam keadaan sempit maupun lapang. Perilaku  ihsan kepada Allah idealnya tidak didasarkan pada rasa takut, tetapi pada rasa cinta; cinta kepada Allah dan cinta kepada diri sendiri.
1. Cinta pada Allah akan menjadikan seorang muslim melaksanakan syariat Allah karena didorong semangat dan kegembiraan, bukan rasa takut. Dengan  berbekal cinta pada-Nya, seorang muslim akan melaksanakan syariat Allah karena mengharap keridhaannya, bukan karena mengharap surga atau takut dimasukkan neraka.
2. Cinta pada diri sendiri. Perilaku disiplin hendaknya juga didorong oleh cinta pada diri sendiri. Cinta pada diri sendiri mendorong seorang muslim untuk sekuat tenaga menjaga kehormatan, harga diri dan martabat pribadi dengan berusaha menaati segala peraturan yang ada, baik aturan Allah maupun aturan yang diberlakukan antar sesama  manusia.
B. Pergaulan
Dalam agama islam ada beberapa aspek atau hal menyangkut pergaulan yang harus diketahui diantaranya adalah dengan siapa kita bergaul dan bagaimana cara bergaul dengan orang lain. Untuk lebih jelasnya simak penjelasan berikut ini mengenai pergaulan dalam islam .
1. Pergaulan dengan sebaya
Teman sebaya atau karib adalah orang-orang atau teman yang usianya tidak terpaut jauh dengan kita baik sama maupun lebih muda. Adapun dalam bergaul dengan teman sebaya kita harus senantiasa berbuat baik dan mengutamakan akhlak yang mulia (baca cara meningkatkan akhlak terpuji). Hal-hal yang perlu diperhatika dalam pergaulan dengan teman sebaya antara lain
Mengucapkan salam setiap bertemu dengan teman sebaya dan sesama muslim. Jika perlu kita bisa berjabat tangan tentunya jika orang tersebut berjenis kelamin sama ataupun mahram kita.
Mengucapkan salam hukumnya sunnah bagi umat islam dan menjawab salam hukumnya wajib.
Senantiasa menyambung tali silaturahmi dengan saling berkunjung dan berkumpul untuk hal-hal yang baik maupun belajar bersama (baca keutamaan menyambung tali silaturahmi). Hal ini akan semakin memperkuat ukhuwah islamiyah diantara para pemuda pada umumnya (baca pengertian ukhuwah islamiyah, ihsaniyah dan wathoniyah)
Saling mengerti serta memahami kebaikan dan kekurangan masing-masing dan menghindari segala macam jenis perselisihan
Teman sebaya hendaknya saling tolong menolong dalam hal kebaikan dan menolong teman sebaya yang sedang dalam kesusahan tentunya sangat dicintai Allah SWT misalnya dengan cara bersedekah (baca keutamaan bersedekah)
Mengasihi dan memberi perhatian satu sama lain terutama jika ada teman yang sedang kesusahan atau ditimpa suatu masalah, kita sebagai teman wajib mendukung dan bila perlu memberi pertolongan
Senantiasa menjaga teman dari pengaruh buruk atau gangguan orang lain
Memberikan nasihat kebaikan satu sama lain
Mendamaikan teman jika ada yang berselisih
Mendoakan teman agar mereka senantiasa berada dalam kebaikan
Menjenguknya jika ia sakit, datang jika diberi undangan serta mengantarkannya ke makam jika ia meninggal sesuai dengan hadits berikut ini
Dari Abu Hurairah RA berkata  Kewajiban orang muslim terhadap orang muslim lain enam perkara. Orang beratnya kepada beliau; apakah itu ya Rasulallah? Jawab Rasulallah SAW.:  Jika berjumpa dengannya diberi salam, jika diundang mendatanginya, jika dimintanya nasihat diberikan, jika bersin dan ia menyebut nama Allah, didoakan dengan beroleh rahmat,jika ia sakit ditengok dan jika ia meninggal diantarkan. (H.R.Muslim)
2. Pergaulan dengan orang yang lebih tua
Adapun islam senantiasa mengajarkan kita untuk berbuat baik kepada orang tua dan orang yang lebih tua dari kita, menghormati dan menghargainya. Beberapa hal yang dapat diperhatikan dalam bergaul dengan orang yang lebih tua adalah
Menghormati mereka dengan sepenuh hati dan senantiasa mengikuti nasihat mereka dalam kebaikan
Mencontoh tingkah laku mereka yang baik dan menjadikannya pelajaran.

Memberi salam setiap kali bertemu dan senantiasa bertutur kata dengan lemah lembut dan menjaga sopan santun
Tidak berkata kasar pada mereka dan menjaga perasaannya walaupun ia berkata tidak baik, janganlah kita membalasnya dengan perkataan yang tidak baik juga untuk menghidari konflik terutama konflik dalam keluarga
Senantiasa mendoakan terutama jika mereka adalah orangtua atau saudara kita
3. Pergaulan dengan lawan jenis
Hal yang perlu diperhatikan dan tak kalah penting dalam pergaulan islam adalah tata cara bergaul dengan lawan jenis. Islam sendiri mengatur pola hubungan antara pria dan wanita serta memisahkan keduanya sesuai dengan syariat yang berlaku. Adapun hal-hal yang perlu kita ketahui dan pegang dengan teguh mencakup hal-hal berikut ini :
Menghindari berkhalwat atau berdua-duaan seperti halnya dalam pacaran (baca pacaran dalam islam) apalagi jika sampai memiliki hubungan pacaran beda agama. Dikhawatirkan jika berkhalwat tersebut dapat menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti zina dan lain sebagainya.
Jauhilah berkhalwat dengan perempuan. Demi (Allah) yang diriku berada dalam genggaman-Nya, tidaklah berkhalwat seorang laki-laki dengan seorang perempuan kecuali syetan akan masuk di antara keduanya. (HR. al- Thabarani).
Tidak memandang lawan jenis dengan syahwat atau pandangan nafsu. Hindari memandang lawan jenis kecuali jika benar-benar diperlukan
Hindari berjabat tangan dengan lawan jenis kecuali mahram (baca pengertian mahram dan muhrim dalam islam) maupun jabat tangan antara suami dan istri
Menutup aurat jika bertemu dengan lawan jenis sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut
Tidak dibolehkan seorang laki-laki melihat aurat (kemaluan) seorang laki-laki lain, begitu juga seorang perempuan tidak boleh melihat kemaluan perempuan lain. Dan tidakboleh seorang laki-laki berselimut dengan laki-laki lain dalam satu selimut baju, begitu juga seorang perempuan tidak boleh berselimut dengan sesama perempuan dalam satu baju. (HR. Muslim).
Hendaknya menghindari perbuatan yang menjurus pada zina (baca zina dalam islam) seperti bersentuhan, berpelukan, berpegangan tangan, berciuman apalagi sampai melakukan zina dan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti hamil diluar nikah (baca hukum hamil diluar nikah dan hukum menikah saat hamil) sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al isra ayat 32 yang berbunyi
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.

C. Menjaga Kebersihan sekolah
Kebersihan merupakan salah satu hal terpenting untuk menciptakan kesehatan lingkungan. Kebersihan juga berperan penting untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan tentram. Tentu saja bila lingkungan yang kumuh akan menjadikan orang menjadi enggan berlama lama untuk berada di lingkungan tersebut. Kebersihan adalah upaya manusia untuk memelihara diri dan lingkungannya dari segala yang kotor dan keji dalam rangka mewujudkan dan melestarikan kehidupan yang sehat dan nyaman.
Kebersihan merupakan syarat bagi terwujudnya kesehatan, dan sehat adalah salah satu faktor yang dapat memberikan kebahagiaan. Sebaliknya, kotor tidak hanya merusak keindahan tetapi juga dapat menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, dan sakit merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan penderitaan.
Hadits Rasulullah SAW :
نِعْمَتَانِ مَغْبُوْنٌ فِيْھِمَاكَثِيْرٌمِنَ النَّاسِ الصَّحَّةُ وَالْفَرَاغُ٠ ﴿رواﻩ البخاري﴾
Artinya : “Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari)
Begitu pentingnya kebersihan menurut islam, sehingga orang yang membersihkan diri atau mengusahakan kebersihan akan dicintai oleh Allah SWT, sebagaimana firmannya dalam surah Al-Baqarah ayat 222 yang berbunyi :
.......ﺍِنَّﷲَيُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَﻬِّرِيْنَ۝
Artinya : “........Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang                                     yang menyucikan / membersihkan diri. (Al-Baqarah : 222)
Kebersihan itu bersumber dari iman dan merupakan bagian dari iman. Dengan demikian kebersihan dalam islam mempunyai aspek ibadah dan aspek moral, dan karena itu sering juga dipakai kata bersuci sebagai padaman kata membersihkan / melakukan kebersihan. Ajaran kebersihan tidak hanya merupakan slogan atau teori belaka, tetapi harus dijadikan pola hidup praktis, yang mendidik manusia hidup bersih sepanjang masa, bahkan dikembangkan dalam hukum islam.
Secara khusus, Rasulullah SAW memberikan perhatian mengenai kebersihan.
اَلنَّظَافَةٌ مِنَ اﻻِيْمَانِ٠﴿ﺮﻮﺍﻩ ﺍحمد﴾
Artinya : “Kebersihan itu sebagian dari iman”. (HR. Ahmad)
Isi Kandungan :
1.      Umat Islam wajib menjaga kebersihan lahir dan batinnya.
2.      Menjaga kebersihan lahir dan batin merupakan ciri-ciri sebagian dari iman dalam kehidupannya.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Artinya seorang muslim telah memiliki iman yang sempurna jika dalam kehidupannya ia selalu menjaga diri, tempat tinggal dan lingkungannya dalam keadaan bersih dan suci baik yang bersifat lahiriyah (jasmani) maupun batiniyah (rohani).

اَﻻِسْلَامُ نَظِيْفٌ فَتَنَظَّفُوْا فَاِنَّهُ ﻻَيَدْحُلُ الْجَنَّةَ اﻻَّ نَظِيْفٌ ٠﴿ﺮﻭﺍﻩ ﺍلبيهقى﴾
Artinya : “Agama Islam itu (agama) yang bersih, maka hendaklah kamu menjaga kebersihan,                        karena sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang bersih.                              (HR. Baihaqy)
Isi Kandungan :
1.      Bahwasanya Allah SWT adalah dzat yang baik, bersih, mulia, dan bagus. Karena Allah menyukai hal-hal demikian. Sebagai umat islam, maka kita harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Maka  kebersihan sekolah juga harus tetap dijaga agar lingkungan sekolah tetap bersih. Bagaimana mungkin siswa mampu menangkap pelajaran yang disampaikan dengan maksimal bila siswa itu sendiri kurang nyaman berada di kelas karena kotor. Belum lagi kamar mandi sekolah yang identik dengan bau dan kotor karena perilaku jorok para siswa. OLeh karena itu, kita harus melakukan beberapa cara untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah.

Cara Menjaga Kebersihan Lingkungan Sekolah
1. Menjaga Lingkungan Sekitar Sekolah
Ada beberapa cara untuk menjaga kebersihan linkungan sekolah yaitu:
a. Membuat tempat pembuangan sampah di sekolah.
b. Menyediakan tempat sampah berdasarkan jenis sampahnya.
c. Melaksanakan tata tertib kebersihan dan kelestarian lingkungan sekolah.
2. Gerakan Menjaga Kebersihan Kelas dan Sekolah
a. Menjaga kebersihan meja
Kebersihan meja harus kita jaga. Kita dapat menulis dan membaca dengan nyaman di meja yang bersih. Oleh karena itu, hindarilah perbuatan seperti mencoret meja dengan menggunakan tip-ex, roll tape, dan sebagainya.
b. Membuang sampah di tempat sampah
Membuang sampah di tempatnya wajib kita lakukan untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Apabila kita membuang sampah sembarangan, selain memberikan kesan jorok dan tidak enak dilihat juga akan menimbulkan bau yang tidak sedap di sekitar halaman sekolah.
c. Menjaga kebersihan fasilitas yang ada di sekolah
Tindakan ini sangat penting karena apabila kita tidak menjaga kebersihan fasilitas, warga sekolah pun menjadi tidak nyaman menggunakan fasilitas tersebut. Contohnya, kamar mandi, sering sekali kamar mandi menjadi sarana yang paling tidak nyaman digunakan karena kurangnya kesadaran warga sekolah dalam menjaganya. Maka dari itu, mulai lah kita menjaga fasilitas  fasilitas di sekolah. menjaga kebersihan lingkungan sekolah itu sangatlah penting. Hal ini bukan hanya dilaksanakan oleh petugas kebersihan di sekolah tapi juga dibutuhkan peran serta warga sekolah untuk menjaganya.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Lingkungan sekolah adalah kesatuan ruang dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan pengaruh pembentukan  sikap dan pengembangan potensi siswa

Saran
Menyadari bahwa penulisan makalah jauh dari kata sempurna, maka kami berharap kritik maupun saran dari pembaca



















DAFTAR PUSTAKA

http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-lingkungan-sekolah-faktor.html?m=1
https://carolinmeilianisurya.wordpress.com/2016/11/14/menjaga-kebersihan-lingkungan-sekolah/

https://satujam.com/disiplin-dalam-islam/